Istilah filter disini sebenarnya
mengacu kepada proses domain frekuensi, yaitu meloloskan (menerima)
komponen frekuensi tertentu dan menghilangkan (menolak) komponen frekuensi yang
lain. Sebagai contoh, filter lolos rendah (Low Pass Filter) berarti meloloskan
komponen frekuensi yang rendah.
Pemfilteran domain spasial adalah
proses manipulasi kumpulan piksel dari sebuah citra untuk menghasilkan citra
baru. Pemfilteran domain spesial merupakan salah satu alat yang digunakan dalam
banyak bidang untuk berbagai aplikasi, khususnya pada bagian ini untuk
peningkatan kualitas citra dan perbaikan citra.
Di sini di asumsikan bahwa m = 2a+1 dan n = 2b+1, dengan a dan b adalah integer
nonnegatif. Untuk mendapatkan citra hasil filtering yang lengkap maka persamaan
3-17 harus dihitung untuk x = 0,1, ..., M-1 dan y = 0,1, ... , N-1.
Korelasi dan Konvolusi
Korelasi adalah perkalian antara dua
buah fungsi f(x,y) dan g(x,y). Untuk fungsi diksrit korelasi didefinisikan oleh
persamaan 3-18.
Dimana x, y, k, dan l adalah variabel bebas yang memiliki nilai diskrit yang
berupa posisi titik di dalam citra. M dan N adalah batas titik tetangga yang
masih memberikan pengaruh ke titik yang sedang ditinjau untuk arah vertikal dan
horizontal. Dalam hal ini h(x,y) disebut
hasil korelasi dari citra f(x,y) dengan
filter g(x,y).
Konvolusi adalah suatu proses yang
cara kerjanya sama dengan proses korelasi, hanya saja nilai-nilai filternya
dibalik 180⁰.
FILTER SPASIAL LINEAR
Filter spasial linier adalah filter yang bekerja dengan cara korelasi atau
konvolusi.
Merancang Filter Rata-rata
Filter ini biasa disebut sebagai
filter penghalus (smoothing filters) dan
juga ada yang menyebut sebagai lowpass
filters. Cara kerja filter rata-rata adalah seperti konvolusi. Filter
ini biasa digunakan untuk mengaburkan (blurring) citra dan untuk mereduksi
noise. blurring biasanya digunakan
untuk menghilangkan detail kecil dari suatu citra sebelum dilakukan ekstraksi
objek dan untuk menghubungkan celah kecil yang memisahkan garis atau kurva dan
juga bisa digunakan untuk mereduksi noise.
Merancang Filter Gaussian
Pada filter Gaussian, nilai intensitas setiap piksel diganti dengan rata-rata
dari nilai pembobotan untuk setiap piksel-piksel tetangganya dan piksel itu
sendiri. Jumlah tetangga yang dilibatkan tergantung pada filter yang dirancang.
FILTER SPASIAL NONLINIER
Filter spasial nonlinier atau disebut juga sebagai Order-statistics filters adalah filter spasial nonlinier yang
responsnya didasarkan pada pengurutan dari intensitas piksel-piksel tetangga
yang dilingkupi oleh filter tersebut.
Beberapa Order-statistics filters yang
biasa digunakan adalah filter maksimum (memilih nilai terbesar), yang berguna
untuk memilih intensitas paling terang, filter minimum (memilih nilai terkecil)
yang berguna untuk memilih intensitas paling gelap, filter rata-rata untuk
memilih rata-rata dari piksel-piksel yang dilingkupi oleh filter dan filter
median yang berguna untuk memilih nilai tengah.
Filter median biasa digunakan untuk menghilangkan noise impulse atau disebut juga noise salt-and-pepper, yaitu noise yang menyerupai taburan garam sehingga
titik-titik hitam dan putih tampak pada citra.
PENINGKATAN KUALITAS CITRA MENGGUNAKAN PEMFILTERAN SPASIAL
Pemfilteran spasial dilakukan dengan
menggunakan beberapa filter yang telah kita rancang di atas, yaitu filter
rata-rata, filter Gaussian, filter maksimum, filter minimum, dan filter median.
Filter-filter ini ternyata hanya menghasilkan efek penghalusan (smoothing). Namun, pada bagian reduksi
noise kita akan melihat bahwa filter-filter tersebut juga bisa dipakai untuk
memberikan efek pengaburan (blur).
Penghalusan (Smoothing)
Citra Menggunakan Filter Rata-rata
Cara membuat efek penghalusan citra dengan filter rata-rata adalah melakukan
proses pemfilteran citra f(x,y) dengan
filter rata-rata g(x,y) untuk
berbagai ukuran filter, dari ukuran 3x3, 5x5, 7x7, dan seterusnya. Dari
berbagai ukuran filter ini, kita akan melihat ukuran filter yang paling
mempunyai pengaruh penghalusan terhadap citra tersebut.
Penghalusan (Smoothing)
Citra Menggunakan Filter Gaussian
Teknik yang digunakan sama dengan penghalusan citra menggunakan filter rata-rata,
yaitu melakukan proses pemfilteran citra f(x,y)
dengan filter Gaussian g(x,y) untuk
berbagai ukuran filter, dari ukuran 3x3, 5x5, 7x7, dan seterusnya. Dari
berbagai ukuran filter ini, kita akan melihat ukuran filter yang paling
mempunyai pengaruh penghalusan terhadap citra tersebut.
Penghalusan Kualitas Citra Menggunakan Filter Maksimum
Tekniknya adalah memilih intensitas paling terang di antara
intensitas-intensitas piksel yang tercakup dalam filter.
Penghalusan Kualitas Citra Menggunakan Filter Minimum
Tekniknya adalah memilih intensitas paling gelap di antara
intensitas-intensitas piksel yang tercakup dalam filter.
Peningkatan Kualitas Citra Menggunakan Filter Median
Filter ini bekerja dengan cara memilih intensitas piksel yang ditengah, setelah
piksel-piksel yang tercakup dalam filter diurutkan.
Penajaman Citra (Sharpening)
Prinsip penajaman citra adalah
menjumlahkan citra asli dengan citra hasil dari operasi deteksi tepi. Operator
deteksi tepi yang digunakan di sini adalah operator Laplacian. Dengan
cara ini bagian tepi objek akan tampak berbeda dengan latar belakangnya
sehingga citra yang dihasilkan terkesan lebih tajam.
Efek Emboss
Efek emboss dihasilkan dari hasil penjumlahan
citra asli dengan citra tepi yang menggunakan operator gradien.
A.
Domain
Spasial
Tujuan utama perbaikan suatu gambar adalah untuk
memproses sebuah gambar yang hasilnya dapat lebih berguna dari gambar aslinya
untuk aplikasi tertentu. Image enhancement terbagi dalam 2 kategori, yaitu
metode spatial domain dan metode frequency domain. Spatial domain berkenaan
dengan ruang gambar itu sendiri, dan berdasarkan manipulasi langsung pixel-
pixel dari gambar. Frequency domain didasarkan pada modifikasi transformasi
Fourier pada gambar. Proses spatial domain mempunyai bentuk rumus :
g(x,y) =
T[f(x,y)]
Dimana f(x,y) adalah input image, g(x,y) adalah gambar
yang telah diproses, dan T adalah operator dari f. Ada 3 fungsi yang sering
digunakan untuk image enhancement :
·
Linear (transformasi negative dan identitas)
Negatif dari sebuah gambar dengan level gray pada
jarak [0, L-1]didapat dengan menggunakan transformasi negatif yang diberikan
dengan rumus :
s = L -1 – r
Dalam hal ini pembalikkan level intensitas dari sebuah
gambar,diproduksi dari negatif foto.Tipe proses ini cocok untuk peningkatak
level putih atau abu-abu yang diletakkan pada daerah gelap sebuah gambar,
khususnya saat daerah gelap mendomonasi ukuran.
·
Logarithmic (transformasi log dan invers log)
Bentuk umum
dari transformasi log adalah
s = c log (1 + r)
dimana c adalah konstant,dan diasumsikan r >=
0.Transformasi ini menggambarkan range sempit dari nilai level terendah pada
gambar input ke dalam level output yang lebar. Sebaliknya adalah nilai level
input tertinggi. Kita menggunakan tipe transformasi ini untuk memperluas nilai
pixel hitam di dalam sebuah gambar saat pengecilan nilai level tertinggi.
Sebaliknya merupakan kebalikan sebenarnya.
- Power-law(transformasi nth power dan nth root)
Transformasi
power law mempunyai dasar sebagai berikut :
s = crg
dimana c dan
g adalah positif konstant.
B.
Dasar Teknik
Pemrosesan Domain Spasial
1. Histogram
Processing
Histogram adalah dasar dari sejumlah teknik pemrosesan
citra pada domain spasial, seperti perbaikan, kompresi dan segmentasi citra.
Histogram mudah untuk dikalkulasikan dalam suatu software dan hanya membutuhkan
hardware-hardware yang ekonomis dalam penerapannya. Hal ini yang menjadikannya
sebagai alat yang popular dalam hal pemrosesan gambar. Histogram dari suatu
citra digital dengan range tingkat [0…L-1] adalah sebuah fungsi diskrit
h(rk)=nk, dengan rk adalah tingkat keabuan ke-k dan nk adalah jumlah piksel
dalam citra yang memiliki tingkat keabuan rk.
Cara umum dalam menormalisasikan
histogram yaitu dengan membagi tiap-tiap nilai dengan jumlah total pixel dalam
gambar yang dinotasikan dengan “n” Histogram yang sudah dinormalisasi
dinyatakan dengan p(rk)= nk/n, untuk k=0, 1,…, L-1. Dimana p(rk) menyatakan
estimasi probabilitas kemunculan tingkat keabuan rk. Jumlah dari semua komponen
“normalized histogram” sama dengan 1.Sumbu horisontal dari histogram menyatakan
nilai tingkat keabuan rk. Sumbu vertikal menyatakan nilai dari h(rk)=nk atau
p(rk) = nk/n (jika nilainya dinormalisasi).
2.
Histogram Equalization
Persamaan histogram atau lebih dikenal dengan
“Histogram equalization” digunakan untuk memperlebar range tingkat keabuan,
sehingga akan meningkatkan kekontrasan citra.
Memiliki persamaan transformasi seperti berikut:
untuk
k=0,1,2,…,L-1
Metode pemrosesan histogram yang sudah dibahas, yaitu
“histogram equalization” bersifat global, karena piksel-piksel dimodifikasi
menggunakan fungsi transformasi berbasis pada intensitas seluruh piksel pada
citra. Seringkali diperlukan perbaikan pada suatu daerah yang kecil pada di
dalam citra.
Teknik “histogram equalization” bisa diterapkan untuk
perbaikan lokal. Caranya, definisikan daerah ketetanggaan (neighborhood), dan
pindahkan pusat neighborhood piksel demi piksel pada keseluruhan citra. Pada
setiap lokasi piksel, histogram dari piksel-piksel dalam neighborhood dihitung.
Selanjutnya dispesifikasikan fungsi transformasi “histogram equalization” dan
fungsi ini digunakan untuk memetakan intensitas piksel pada pusat neighborhood.
Ulangi langkah tersebut pada seluruh piksel dalam citra.
3.
Peningkatan kualitas menggunakan Arithmetic/ Operator
Logic
Operasi Arithmetic/logic yang melibatkan images
ditampilkan dengan basis pixel-pixel antara dua atau lebih images.Sebagai
contoh ,pengurangan dari dua images dihasilkan dalam sebuah images baru yang
koordinat pixel(x,y) adalah perbedaan antara pixels dari lokasi yang sama pada
dua images yang dikurangi.Bergantung dari hardware dan software yang digunakan
,mekanisme implementasi operasi ini bisa dilakukan secara sequential, satu pixel
tiap waktu atau paralel dimana semua operasi dilakukan secara simultan.
Operasi logic beroperasi secara basis
pixel-pixel.Kita hanya perlu memperhatikan kemampuan untuk mengimplementasikan
operasi logik AND, OR dan NOT. Dengan kata lain operasi logic lainnya
bisa diimplementasikan dengan mengunakan ketiga dasar fungsi
tersebut.Ketika berhubungan dengan operasi logic pada images gray scale,nilai
pixels diproses sebagai string binary number. Sebagai contoh, melakukan operasi
NOT ke sebuah pixel hitam, 8-bit pixel(sebuah string dari 8 0’s) menghasilkan
sebuah pixel putih (sebuah string dari 8 1’s). Nilai tengah diproses dengan
cara yang sama, ganti semua 1’s ke 0’s dan sebaliknya.Sehingga operator logik
NOT melakukan fungsi yang sama seperti transformasi negatif. Operasi AND dan OR
digunakan untuk masking,yaitu memilih subimages.
·
Image Subtraction
Perbedaan dari dua images(x,y) dan h(x,y), ditunjukkan
sebagai berikut:
g(x, y) =
f(x, y) - h(x, y), (3.4-1)
diperoleh dengan menghitung perbedaan antara semua
pasangan pixel yang berhubungan dari f dan h.Kunci dari kesuksesan pengurangan
adalah peningkatan dari perbedaan antar images.
Salah satu dari penggunaan pengurangan images yang
sukses dan menguntungkan adalah di bidang kesehatan yang dikenal dengan nama
mask mode radiography. Dalam kasus ini h(x,y), mask adalah sebuah image X-ray
dari sebuah daerah bagian tubuh pasien yang ditangkap dengan mask mode oleh TV
camera secara instensif. Prosedurnya yaitu menginjeksi sebuah contrast medium
ke peredaran darah pasien,ambil sebuah series images dari daerah anatomi yang
sama sebagai h(x,y),dan kurangi mask ini dari series images yang datang setelah
proses injeksi contras medium.Efek pengurangan mask dari tiap sample dialiran
TV images yang datang adalah area perbedaan antara f(x,y)dan h(x,y) muncul
dioutput images sebagai perpanjangan detail. Karena image bisa ditangkap dalam
TV rates,prosedur ini intinya memberi sebuah pertunjukkan film tentang
bagaimana contras medium menyebar melalui arteri-arteri dalam area yang di
observasi.
Beberapa catatan dalam implementasi antara lain, dalam
praktik, kebanyakan images ditampilkan dengan menggunkan 8 bits.Sehingga bisa
kita simpulkan nilai images tidak mungkin diluar range 0 hingga 255.Nilai dari
perbedaan image bisa berada di range minimum dari -255 hingga maksimum 255,
jadi beberapa pengurutan skala diperlukan untuk menampilkan hasilnya.Ada dua
prinsip cara untuk membandingkan sebuah perbedaan images. Salah satu metodenya
yaitu dengan menambahkan 255 ketiap pixel dan kemudian membaginya dengan 2.
Metode ini belum bisa menjamin bahwa semua nilai ulasan akan meliputi seluruh
8-bit range dari 0 hingga 255, tetapi semua nilai pixel pasti akan berada dalam
range ini. Metode ini cepat dan mudah diimplementasikan, tetapi mempunyai
batasan bahwa range penuh dari tampilan mungkin tidak bisa di utilisasi, dan
yang lebih buruk dan serius,truncation yang diperoleh dari pembagian dengan
bilangan 2 akan menyebabkan turunnya keakuratan.
Jika keakuratan dan ulasan penuh dari 8-bit range yang
diinginkan, kita bisa menggunakan pendekatan lainnya.Pertama, nilai dari
perbedaan minimum diperoleh dan negatifnya ditambahkan ke semua pixel dalam
perbedaan images. Kemudian, semua pixel dalam images diskalakan kedalam
interval [0,255] dengan cara memperbanyak tiap pixel dengan jumlah 255Max
dimana Max adalah nilai value di perbedaan images yang telah di
modifikasi.Telah dibuktikan bahwa pendekatan dengan metode ini lebih kompleks
dan sulit diimplementasikan.
- Images Averaging
Bayangkan sebuah noisy image g(x, y) dibentuk oleh
penambahan noise h(x, y) ke sebuah image sebenarnya f(x,y), sehingga :
g(x, y) =
f(x, y) + h(x, y) (3.4-2)
dimana asumsinya adalah bahwa tiap pasangan koordinat
(x,y) noisenya tidak berkorelasi dan mempunyai nilai rata-rata nol. Tujuan dari
prosedur berikut ini adalah untuk mengurangi noise dengan cara menambahkan
sejumlah noisy images, Egi(x,y)F.
Sebuah aplikasi penting dari images averaging adalah
dalam bidang astronomi,dimana penggambaran dengan cahaya yang sangat rendah
sering dilakukan yang menyebabkan reduksi sensor noise fre-noise oleh image.
Ada kemungkinan dalam beberapa implementasi images
averaging mempunyai nilai negatif ketika noise ditambahkan ke sebuah image.
Faktanya ,hal ini dikarenakan Gaussian mengacak variable dengan mean nol dan
variance tidak nol mempunyai nilai negative dan positif.
C. Dasar Dari
Spatial Filtering
Seperti yang telah dijelaskan, beberapa operasi
tetangga bekerja dengan nilai pixel images di tetangga dan nilai koresponding
dari sebuah subimage yang memunyai dimensi yang sama dengan tetangga. Subimage
dikenal sebagai filter,mask,kernel,template,atau window,dengan ketiga istilah
terdepan menjadi yang paling banyak digunakan. Nilai dari sebuah subimage
filter lebih menyatakan sebuah koeffisien daripada pixels.
Konsep dari filtering mempunyai akar dipenggunaan
Fourier transform untuk signal processing yang sering disebut frequency domain.
Topik ini akan didiskusikan dalam bab4. Dalam bab ini kita akan focus ke
operasi filtering yang dilakukan langsung terhadap pixels dari sebuah
images. Kita gunakan spatial filtering untuk membedakan proses tipe ini
dengan frequency domain filtering yang lebih sederhana.
Mekanisme prosesnya terdiri dari memindahkan filter
mask dari point ke point dari sebuah image.Pada tiap point(x,y), response dari
filter pada point tersebut dihitung menggunakan hubungan yang telah
didefinisikan sebelumnya.Untuk linear spatial filtering,response diperoleh dari
sebuah jumlah produk dari filter koeffisien dan pixel corresponding image
dalam area dibatasi oleh filter mask.Untuk 3*3 mask, hasilnya (atau response),R
dari linear filtering dengan filter mask pada sebuah point (x,y) di image
adalah :
R = w(-1, -1)f(x - 1, y - 1) + w(-1, 0)f(x - 1, y) + w(0, 0)f(x, y) + …+
w(1, 0)f(x + 1, y) + w(1, 1)f(x + 1, y + 1)
Dimana kita lihat jumlah produk koeffisien mask dengan
corresponding pixels langsung dibawah mask.Catatan, umumnya koeffisien w(0,0)
serupa dengan nilai image f(x,y),mengindikasikan bahwa masknya berada di tengah
(x,y) ketika komputasi jumlah produk dilakukan.
1.
Mean Filtering
Salah satu teknik yang digunakan untuk menghilangkan
noise pada suatu citra adalah dengan mean filtering. Mean filtering
ini termasuk jenis spatial filtering yang artinya untuk memproses sebuah
titik, kita juga mengikutsertakan titik-titik sekitar dalam kalkulasi.
Teknik filtering yang menggunakan spatial
filtering, umumnya titik yang akan diproses beserta titik-titik di
sekitarnya dimasukkan ke dalam sebuah matrix 2 dimensi yang berukuran N x N.
Matrix ini dinamakan matrix neighbor. Di mana N ini besarnya tergantung
dari kebutuhan, tetapi umumnya N ini selalu kelipatan ganjil karena titik yang
akan diproses diletakkan di tengah dari matrix.
Contoh matrix ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.4 (a) adalah contoh matrix neighbor
yang berukuran 3 x 3 dan gambar 2.4 (b) berukuran 5 x 5. Sedangkan T adalah
titik yang akan diproses.
Selain digunakannya matrix neighbor, teknik spatial
filtering menggunakan sebuah matrix lagi yang dinamakan mask. Matrix
ini ukurannya harus sama besarnya dengan matrix neighbor yaitu N x N. Di
dalam mask inilah nantinya disimpan jenis operasi yang akan dilakukan pada
matrix neighbor.
Sebenarnya yang dimasukkan ke dalam
sel dari matrix mask adalah angka. Tetapi mengapa matrix mask bisa menyimpan
operasi ? Berikut akan dijelaskan proses yang akan dilakukan terhadap matrik
mask dan matrix neighbor:
1.
Lakukan penelusuran terhadap semua titik pada citra.
2.
Rekam titik yang sedang diperiksa dan juga titik
sekitarnya ke dalam matrix neighbor.
3.
Isi matrix mask dengan angka (angka yang harus
dimasukkan ditentukan oleh jenis operasi).
4.
Kalikan matrix neighbor dengan matrix mask
secara skalar (Output[x,y] = Mask[x,y] * Neighbor[x,y]).
5.
Jumlahkan seluruh isi sel dari matrix output. Hasil
penjumlahan ini adalah titik baru yang akan diletakkan pada koordinat titik
yang sedang diproses.
Pada mean filtering, seluruh isi sel matrix
mask diisikan dengan angka 1/(N*N). Jika kita menggunakan matrix berukuran 3 x
3 maka angka yang akan diisikan adalah 1/9. Tujuannya apa? Karena kita akan
melakukan perkalian skalar antara matrix neighbor dengan matrix mask
dimana matrix neighbor berisi titik-titik sekitar dan titik tengah
(titik dengan warna 180) yang kita periksa, sedangkan seluruh isi dari matrix
mask ialah 1/9 maka secara tidak langsung kita melakukan perhitungan seluruh
titik sekitar dan titik tengah dibagi dengan 9 dan hasilnya dimasukkan ke dalam
tiap sel dari matrix output. Kemudian berikutnya dilakukan penjumlahan dari
sel-sel matrix output. Jadi kita secara tidak langsung mencari warna rata-rata
dari titik di sekitar dan titik tengah.
Karena kalkulasi yang sebenarnya dilakukan adalah
kalkulasi rata-rata, maka kita dapat langsung melakukan penjumlahan dari isi
matrix neighbor kemudian tinggal membaginya dengan (N*N) sehingga diperoleh
rata-rata.
Gambar 2.5 Mean Filtering
è Nilai 51 ini akan menggantikan nilai 180
sebagai output dari proses mean filtering.
2. Median Filtering
Dalam median
filtering dilakukan proses mencari nilai tengah dari titik-titik yang
direkam dalam matrix neighbor. Titik-titik yang berada dalam matrix neighbor
kita masukkan ke dalam sebuah matrix satu dimensi untuk diurutkan lebih dahulu.
Setelah itu baru kita ambil angka pada urutan tengah.
|
|
Gambar 2.6
Median Filtering
è Nilai 27 ini akan menggantikan nilai 180
sebagai output dari proses median filtering.
Filter secara statistik merupakan suatu model filter non linear, karena
tidak menggunakan model kombinasi linier dari piksel tetangga. Respon
berdasarkan pada urutan (ranking) pixel pada area citra yang ditentukan oleh
model filter.
Contoh filter non-linear adalah:
• Median Filter. R = median { zk|k = 1, 2, ..., nxn }
• Max Filter. R = max { zk|k = 1, 2, ..., nxn }
• Min Filter. R = min { zk|k = 1, 2, ..., nxn }
dimana nxn adalah ukuran matriks mask. Median filter mengganti nilai
suatu piksel dengan median nilai tingkatkeabuan dari piksel tetangga (nilai
asli piksel digunakan juga pada saat perhitungan nilai median tersebut). Media filter
ini cukup popular karena beberapa tipe gangguan acak (seperti salt noise,
pepper noise. Teknik ini mampu mengurangi gangguan yang lebih baik dibandingkan
dengan model linear smooting dengan ukuran yang sama.
3. Modus Filtering
Dalam Modus
filtering dilakukan proses mencari warna yang paling banyak dipakai dalam
matrix neighbor. Warna inilah yang akan kita gunakan sebagai warna titik
yang akan kita letakkan pada layar output.
è Modus = 9, sehingga nilai 9 ini akan
menggantikan nilai 180 sebagai output dari proses modus filtering
Gambar 2.7 Modus
Filtering
D.
Sharpening Spatial Filters
Tujuan utama dari sharpening ialah untuk memperoleh
detail yang jelas dari suatu citra atau meningkatkan detail dari citra yang
telah kabur baik karena kesalahan atau sebagai dampak dari suatu metode
pengmbilan citra tertentu. Meningkatkan kualitas edge dan mampu menangani
masalah diskontinuitas.
Persamaan
Turunan Pertama
Persamaan
Turunan Kedua
Penggunaan persamaan turunan kedua untuk peningkatan
kualitas gambar
Metode
Isotropic filter, rotational invariant – menggunakan teori Laplace :
Image
enhancement
Unsharp
masking
High boost
filtering
Menggunakan
teori Laplace
Daftar
Pustaka :
1. http://mclaming.blogspot.com/2011/05/dasar-dasar-pemfilteran-domain-spasial.html
(Diakses 11
Mei 2013)
3. http://mclaming.blogspot.com/2011/05/dasar-dasar-pemfilteran-domain-spasial.html (Diakses tanggal 11
Mei 2013)
4. Modul Domain
Spasial Pengolahan Citra Digital dan Contohnya
(Diakses tanggal 11 Mei 2013)
0 Response to "Linear Filtering dan Statistical Filtering pada Domain Spatial"
Posting Komentar